tepis harap dalam peluk duka
ibarat air mata yang mengalir darah
jika nirwana tak pernah ada dan mereka telah berusah
tentu siksa nyawa sungguh nyata
tengah sekarat dalam peraduan perih
perih jika ada
perih jika tak ada
hening dalam gelapnya kemampuan mengetahui
lelah melawan batas yang terus membatasi
menyeka air yang mengairi pipi
entah air mata entah keringat
lelah ku berdiam membisu lalu menangis
sekarat lumpuh terdiam ku lalu mengemis
ampun aku terluka
dalam dan luar
hancurkan tulang hancurkan semangat
air mata tak pernah penuhi gelas
karena aku muak dengan kerja keras yang masih lembut
karena aku muak meronta hina hanya untuk kepastian
karena yang pasti tak pernah diraih dengan lembut
karena aku skeptis dalam jiwa yang pesimis
karena aku melankolis dan memuja tangis
karena aku
aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan sungkan tuk berkicau