Rabu, 20 Maret 2013

aku hanya berkata dalam bulatan nafas yang terkekang tekad
luapkan lupa tuk janji yang tengah mendera sebagai jera
aku tak tahu bagaimana mengatakan maaf semestinya
namun jiwa ini terpanah akan pernyataan yang selalu bertanya
apakah pantas tuk terus meletakan keinginan diatas kenyataan
lupakan kalah karena hati selalu memandanngya sebagai kemenangan angan
berendah hati akan luka yang menyiksa agungkan pujian karena tak menyerah
lalu tertawa dalam kesedihan yang terlihat begitu menyedihkan
jika ego menaiki altarnya dan semua terdiam memandang benci
mungkin tak akan ada yang mengenali manusia itu sebagai manusia
namun ego selalu menjelma sebagai kawan yang bijaksana
kenalkan diri akan cerminan dimana letak sakit akan rasa begitu dekat
lalu memaki bodoh serapah waktu menunduk diam dan hentikan
tak lama lagi rindu kan menjelma sebagai sedih berbuah tangis
memeluk lutut terkekeh nyata berskeptis duka apatis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan sungkan tuk berkicau