SEBUAH DONGENG
apakah saya pantas menjadi seorang penulis ?
artikel saya kali ini cukup simpel. saya bertanya tanya pada diri saya yang telah menempuh 19 tahun hidup dan bernafas sebagai mamalia di dunia ini, apa sih bakat saya ? kemampuan menarik yang mampu saya banggakan ? saya teriakan ? saya bisa show off ke dunia dan mereka terpana sambil menepuk tangan ? mungkin berlebihan. intinya saya sedang mencari apa yang menjadi potensi dalam diri saya entah itu ada atau engga. tapi mungkin ada.. buktinya saya masih bisa survive sampe sekarang kan ? menjalani hidup dengan wajar tanpa keterbelakangan baik dalam faktor pendidikan maupun keuangan (ya maksudnya dalam me manage uang jajan yang dikasih ortu) tapi saya sadari sesuatu.. saya bener bener orang yang biasa aja. saya suka menggambar. saya bisa ngabisin waktu berjam jam puluh juta menit untuk menggambar. tapi satu hal yang menjadi pertanyaan penting.. apakah gambar saya bisa menunjukan potensi saya dalam menggambar ? atau mungkin kasarnya apakah gambar saya pantas untuk disebut "gambar" ? atau hanya coretan yang mirip gambar ? selain itu saya juga suka menulis. saya bisa mengemukakan segala hal yang ada dibenak saya dengan jelas dan tepat sasaran melalui tulisan. tapi yang menjadi pertanyaan.. apakah saya berpotensi menjadi seorang penulis ? atau kasarnya apakah tulisan saya pantas untuk disebut sebagai "tulisan" ? atau hanya curhatan basa basi penu omong kosong yang menuruti EYD sehingga seperti tulisan ? prolog yang aneh.. padahal awal saya menulis postingan ini untuk membuat sebuah dongeng dengan imajinasi saya yang saya kerahkan spontan. oke guys, kita mulai ceritanya..
Pada suatu hari di sebuah desa di sore hari. matahari hampir tenggelam dan cahaya memerah dimana mana. ada seorang anak yang sedang bermain. tapi naas dia bermain sendiri. karena teman teman nya gamau deketin dia. karena dia memainkan sesuatu yang ga lazim. dia ngorek ngorek tai kucing pake sebatang lidi. siapa yang ga jiji ? semua bertanya tanya. tapi ajaib. ada seorang anak lainnya yang mendekati dia. memperhatikannya penuh seksama. lalu mengamati sekitar seperti mencari sesuatu. dia pun mendekati sesuatu. dia mengambil sebatang lidi. apa yang dilakukannya ? semua orang bertanya tanya. semua kebingungan. anak itu ngorek ngorek tai kucing pake sebatang lidi. tai kucing itu di korek korek oleh 2 anak. 2 anak itu ngorek ngorek tai kucing. siapa yang ga jiji ? semua bertanya tanya. tapi ajaib. ada seorang anak kucing yang mendekati mereka. memperhatikannya penuh seksama. lalu anak kucing itu mendekat dan mengendus tai kucing yang entah tainya siapa. dan pemandangan ini membingungkan sekitar dan membuat desa itu geger. anak anak yang tadi nya main layangan segera meninggalkan layangan mereka. anak anak yang sedang main kelereng segera meninggalkan kelereng mereka. anak anak yang sedang main kartu segera meninggalkan kartu mereka. anak anak yang sedang jaga warung segera di jewer ibu mereka. "WARUNG SIAPA YANG JAGA" bentak ibu mereka. akhirnya 2 anak manusia dan 1 anak kucing itu menjadi tontonan desa tersebut. tak ada yang berkata tak ada yang mengantuk semuanya memperhatikan penuh seksama. 2 anak manusia dan 1 anak kucing itu pun segera menyadari mereka di kerumuni oleh warga desa itu. dan apa yang terjadi ? dengan membabi buta 2 anak manusia itu melemparkan tai kucing itu ke langit sehingga tai itu laksana meteor yang akan menghantam para warga. semua nya panik dan berlarian tak tentu arah sehingga terjadi kekacauan besar besaran yang tak dapat dihindari. namun nasi telah menjadi bubur, tai kucing itu telah menyelimuti semua warga. bau tak sedap menjalar ke pelosok badan mereka. warga pun geram pada 2 anak manusia dan 1 anak kucing tersebut yang sedang tertawa dengan keadaan yang terjadi. 2 anak manusia dan 1 kucing itu pun di tangkap oleh warga. ternyata mereka punya nama. 2 anak manusia itu bernama sigoblok dan sibabi. 1 anak kucing tersebut bernama sianying. sigoblok pun di hajar habis habisan. bola mata sigoblok dicungkil keluar namun tidak sampai putus dan dibiarkan menggantung. dadanya di lubangi oleh pisau dan jantungnya ditarik keluar namun tidak sampai putus, dibiarkan menggantung. sigoblok menjerit melolong penuh pilu. semua warga tertawa terbahak bahak dengan pemandangan itu. lalu sigoblok pun di salib dengan bola mata dan jantung yang menggantung juga babak belur namun masih hidup. sibabi dan sianying panik seketika. namun mereka tak bisa lepas dari cengkraman para warga. to be continued

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan sungkan tuk berkicau