TUHAN ITU APA
final
Banyak hal yang telah saya lalui bersama tuhan, baik suka duka bahkan segalanya. Mungkin bagi mereka atheuis yang kritis dan mencari cari, kalimat diatas saya hanya sekedar puisi atau sajak. Tuhan itu begitu erat dikehidupan saya. Kadang hal yang kritis dalam diri saya menyamarkan keberadaan tuhan disekitar saya. Tak dapat dipungkiri kehidupan saya dan agama yang saya anut tidaklah erat. Saya mengerti beberapa iman, tahu ibadah yang harus saya kerjakan, namun hanya sekedar itu. Saya sering enggan mengerjakan ibadah, entah karena malas atau apa. Tapi yang mulai saya sadari adalah saya tidak mengerjakan ibadah bukan karena saya malas ataupun sibuk, tapi karena saya menganggap ibaadah adalah suatu hal yang sia sia sehingga membuang buang waktu bila mengerjakannya. Itu berbanding terbalik jika ketika saya tengah berada dalam kesulitan dan keputusasaan, saya akan mencari cari dimana tuhan, dan melakukan segala ibadah yang harusnya dikerjakan. Lantas saya mulai menyimpulkan bahwa saya ini apa dan siapa. Saya pun menyimpulkan bahwa diri saya belum beriman. Belum sesungguhnya mempercayai agama yang saya anut meski saya percaya tuhan itu ada. Ketika saya melakukan ibadah, itu hanya sekedar keputusasaan terhadap diri saya yang entah saya harus melakukan apa sehingga saya melakukan apapun yang saya bisa demi menghilangkan kesedihan yang mendalam. Apakah saya agnostic ? saya tak mau menyatakan diri saya sebagai agnostic. Mungkin saya islam yang rapuh, islam yang hanya terbawa karena orang tua saya beragama demikian. Islam yang hanya berstatus tersebut sebagai formalitas namun tidak mengimani sepenuhnya.
Saya tahu saya sebagai muslim sungguh sangat terhina. Namun saya mengenal islam tak hanya sebagai dogma atau pencitraan mayoritas. Saya mempelajari dan mengamati beberapa agama dan islam lah yang saya pikir pas untuk saya. Islam mengajarkan disiplin waktu, memiliki batasan, berusaha dan banyak hal lainnya. Dalam islam banyak hal yang menurut saya melelahkan seperti ibadah. Namun jika kita amati, ibadah dalam islam sangat membantu manusia untuk meperhatikan hal kecil yang tak bisa dianggap remeh. Sebuah agama haruslah merubah sifat pemeluknya menjadi lebih baik. Dan dalam islam, manusia mampu banyak belajar tentang arti disiplin waktu, membatasi diri pada suatu hal yang bukan haknya, rendah hati, saling menolong, konsisten, dan mengatur segala hal yang dilakukan dengan bermanfaat.
Kembali lagi tentang diri saya dan tuhan. Mungkin setelah penguraian diataas tentang sudut pandang saya tentang islam bahwa saya bukanlah agnostic meski saya jarang sholat. Mungkin butuh proses untuk diri saya mempersiapkan sepenuhnya diri ini untuk melakukan semua ibadah dan menjadi muslim yang lebih baik. Dalam tulisan ini sesungguhnya saya memiliki masalah. Pada intinya saya tengah bersedih, dan saya pun melakukan sholat setelah sekian lamanya. Dan memang setelah sekian lama saya tak melakukan sholat, saya merasa menikmati sholat yang saya kerjakan. Setiap bacaan saya bacakan dengaan fasih dan sesuai ketentuan yang seharusnya. Setelahnya saya berdoa atas keselamatan orang tua saya, keselamatan diri saya dan juga orang terdekat saya, saya pun memanjatkan tobaat saya yang mungkin telah tuhan dengar berpuluh puluh kali dan entah tuhan bersedia mendengarnya atau tidak. Namun dalam tobat saya kali ini, saya tak mengharapkan apa yang saya mau, atau apa yang saya keluhkan tentang kesedihan, saya hanya berharap bahwa tuhan memberikan yang terbaik bagi saya dan menjadikan saya orang yang lebih baik. Saya tak pernah berharap akan hal duniawi yang saya mengerti tuhan enggan memberikan nya pada saya, saya hanya selalu berdoa bahwa saya bisa menjadi orang yang baik, yang selalu beribadah, mengurangi kebiasaan buruk dan menjadi manusia yang bermanfaat.
Inti dari segala hal yang saya kemukakan, saya adalah orang yang selalu ingin berubah, selalu ingin mengerti tuhan yang menciptakan saya. Saya selalu memiliki beberapa pertanyaan tentang tuhan yang kemudian menjadi paradox. Yang menjadi suatu hal yang tak terpecahkan dan membuat saya frustasi dan hampir menjadi atheuis. Namun setiap kejadian yang terjadi membukakan mata saya bahwa “seberapa besar khayalanmu dan opini yang kau simpulkan sendiri, kau hanyalah seekor ciptaan yang tak kan pernah mampu melampau penciptamu meski kau kerahkan seluruh kaum mu dimuka bumi”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan sungkan tuk berkicau